Tahukah anda bahwa NLP bisa digunakan sebagai alat untuk memahami dan berkomunikasi dengan pikiran dan emosi kita? Apakah pikiran dan emosi berkomunikasi dengan bahasa? Bagaimana memahami bahasa pikiran dan emosi?
Bingung?? Baik saya jelaskan.
Begini, pikiran dan emosi berkomunikasi dengan kesadaran kita menggunakan bahasanya sendiri yang terkadang kesadaran kita tidak mampu menyadari dan memahaminya. Namun hal tersebut dapat terlihat dan terasakan dari sebuah prilaku, kebiaaan atau sikap mental tertentu yang merupakan cermin atau ekspresi dari bahasa pikiran dan emosi.
Saya jelaskan dulu tentang konsep kesadaran, dalam konsep kesadaran dikatakan bahwa manusia mempunyai kesadaran yang mampu mengendalikan pikiran, emosi dan tubuh. Kesadaran bisa dikatakan sebuah sistem atau mekanisme ruang yang menyadari adanya pikiran, emosi dan tubuh. Adanya konsep mikrokosmos (manusia) dan makrokosmos (alam semesta) membuktikan bahwa manusia dan alam semesta mempunyai kesadaran, dan kesadaran manusia ini terhubung dengan kesadaran alam semesta. Baik, kita fokus saja pada kesadaran manusia dan kaitannya dengan NLP.
Perhatikan skema dibawah ini :
Pernahkah anda menyadari adanya suara-suara yang timbul dalam diri? Apakah itu suara setan atau malaikat? Apakah anda pernah menyadari bahwa pikiran kita terus berpikir, melompat-lompat layaknya seekor monyet yang melompat dari pohon ke pohon, pikiran kita selalu melompat melintasi waktu dan ruang. Terkadang memikirkan masa lalu, masa sekarang, bahkan memikirkan masa depan yang belum tentu terjadi. Apakah anda juga menyadari rasa-rasa atau sensasi yang muncul dalam tubuh kita saat kita mengalami sebuah peristiwa atau kondisi tertentu?
Pikiran, emosi dan tubuh adalah satu kesatuan sistem yang saling mempengaruhi. Saat pikiran sedang kacau maka tubuh merespon, emosi juga otomatis merespon. Itulah mengapa menurut penelitian hampir 90% sakit disebabkan oleh pikiran yang mempengaruhi emosi dan tubuh, sisanya yang 10% adalah pola makan.
Cara memahami bahasa pikiran, emosi dan tubuh adalah dengan berlatih kesadaran. Mengupgrade kesadaran membuat kita dengan mudah berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Seperti kita sadari, dalam diri kita terdapat banyak diri yang lain, seperti diri yang mudah marah, diri yang malas, diri yang penakut, diri yang suka menolong, diri yang mencintai, dan diri-diri yang lainnya. NLP adalah salah satu tools untuk meningkatkan kesadaran dalam hidup, mempelajari pikiran melalui bahasa, sehingga tujuan hidup yang baik akan tercapai.
Seorang profesor penulis buku The Silent Message bernama Albert Meharabien menemukan konsep 3 V dalam komunikasi, yaitu Verbal, Vokal dan Visual. Aspek verbal menurut Meharbien adalah sebesar 7% dalam sebuah komunikasi. Sebuah kata atau rangkaian kata tidaklah memiliki energi dan makna kecuali kita memberinya energi dan makna, inilah mengapa terjadi perbedaan pendapat atau persepsi pada sebuah kata-kata, karena setiap orang bebas memaknainya sendiri. Maka berhati-hatilah dalam memilih dan mengolah kata. Aspek vokal berpengaruh sebesar 38%, artinya warna suara, tinggi rendah suara ini berpengaruh terhadap komunikasi. Saat anda mengatakan cinta pada pasangan anda, vokal anda akan mempengaruhi respon pasangan anda. Cobalah katakan dengan nada rendah, warna suara sedikit berat dan bandingkan jika anda mengatakan cinta dengan nada yang tinggi dengan warna suara melengking tipis. Tentu berbeda bukan? Selanjutnya aspek visual adalah sebesar 55% dari keseluruhan komunikasi. Visual adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh, bagaimana ketika anda mengatakan anda sedang bahagia sementara ekspresi wajah yang manyun, vokal yang lirih dan tubuh yang membungkuk lunglai? Manusia cenderung mempercayai kata-kata yang didukung oleh ekspresi yang sesuai.
Dr.Ibrahim Elfiky mengatakan, memahami kepribadian sendiri adalah kunci kekuatan diri. Memahami kepribadian orang lain adalah kekuatan yang sebenarnya. Bagaimana memahami kepribadian diri dan orang lain? Jawabnya adalah dengan memahami bahasa pikiran, emosi dan tubuh diri sendiri maupaun orang lain. NLP mengajarkan sistem representasi dan meta model untuk memahaminya. Pada sistem representasi dijelaskan, bahwa manusia selalu berinteraksi menggunakan panca indera yang melibatkan visual (penglihatan), auditori (pendengaran), olfaktori (penciuman), gustatori (pengecapan), dan kinesetetik (perasaan).
Tentunya dari kelima indera tersebut ada satu yang dominan, inilah tugas kita, menyadari dan mengenali indera yang dominan dari diri sendiri maupun orang lain sehingga memudahkan kita dalam berkomunikasi mencapai tujuan. Saat sales mobil mengetahui calon pembelinya adalah dominan tipe visual, maka dia akan bercerita tentang warna, bentuk, dan model mobil yang keren untuk menarik minat membeli dari calon pembelinya tersebut. Sampai sini paham ya?
Meta model dalam NLP mempelajari berbagai hal dalam peta mental manusia yang sudah terlanjur terkontruksi dalam struktur pikirannya, sehingga menghambat kehidupannya. Manusia seringkali berprilaku berdasarkan respon terhadap memorinya, bukan pristiwa realnya, inilah yang kemudian menjadi konflik dalam pikiran dan realitanya. Mempelajari meta model membuat kita mampu memetakan kembali peta internal kita dengan makna yang lebih jelas dan memunculkan pilihan-pilihan pikiran yang lebih memberdayakan, artinya kita bisa memahami bahasa pikiran kita maupun orang lain dan mengarahkannya pada hal-hal yang memberdayakan hidup.
Perhatikan contoh dibawah ini :
Pernyataan diri : “Tak seorangpun menyukai saya..”
Respon Meta Model : “Benarkah tak seorangpun? Bagaiamana jika ternyata ada beberapa orang yang menyukai saya? Bagaimana jika ternyata semua orang menyukai saya?”
Contoh diatas dapat anda lakukan pada diri sendiri atau orang lain, temukan suara malaikat dalam diri kalian dengan berlatih meta model, dan jadilah malaikat untuk orang-orang yang membutuhkan.
Upgrade kesadaran anda dengan NLP sebagai toolnya, kesadaran akan meningkat dan anda akan mampu menyadari, mengenali dan memahami pikiran, emosi dan tubuh anda sendiri maupun orang lain sekaligus memberdayakannya dalam mencapai tujuan hidup anda.